mpls

Kelsey menghembuskan napasnya pelan, dirinya berteduh di samping pohon besar sebari mengipasi dirinya dengan kipas kecil.

MPLS berlangsung sekitar 3 jam-an. Dari jam 8 pagi sampai jam 11 siang. Ya, benar. Kelsey lelah. Karena dirinya harus mendengarkan guru sambil berdiri bersama teman-temannya di bawah terik matahari.

“Kelsey! Lo abis ini mau ngapainn?” Tanya temannya, Stephanie.

Gadis yang ditanya itu hanya bisa mengangkat bahunya dan memberikan ekspresi bingung. “Gak tau, kayaknya sih gue bakal ke kelas, Step.”

“Lo sendirian aja? Nala kemana?” Tanyanya kembali.

Stephanie menunjuk kearah kantin, “Tuh dia lagi jajan. Gue sama Nala mau makan disana, lo mau ikut gak?”

“Enggak deh Step, gak usah. Gue lagi kepanasan bangett, ntar gue susul kok.”

Gadis berambut hitam panjang itu mengangguk, “Yaudah, gue kesana ya Kel. Dadaah!!” Stephanie pergi sambil melambaikan tangannya.

Kelsey tersenyum dan membalas lambaian Stephanie. Kelsey pun langsung pergi menuju kelas dan tentu saja untuk mencari Javier.

Gadis itu mengerutkan dahinya, di kelas tidak ada orang. Hanya ada tas yang terletak di bangku masing masing meja. “Loh kok gak ada Jeo?”

Kelsey berinisiatif untuk menelpon sahabatnya itu, karena saja percuma Kelsey mencarinya, gadis itu pasti akan tersesat karena masih belum hafal dengan lokasi sekolahnya.

“Je? Lo dimana sih?! Gue udah di kelas nih!!”

“Gue lagi bareng temen gue, lo kenapa udah ke kelas aja Key? Gak pergi sama temen lo emang?”

“Enggak, mereka lagi jajan. Gue lagi gak laper Jee. Lo emang lagi dimana?”

“Di ruang futsal. Lo mau kesini?”

Kelsey mengigit bibirnya, dirinya ingin menghampiri Javier, tetapi disisi lain dirinya tidak ingin pergi ke ruangan futsal. “Pengen, tapi gue gak mau ke ruangannya..”

Javier mengangguk pelan di seberang sana “Iya nanti gue keluar kok, lo kesini aja. Lo tau kan ruangannya dimana?”

Kelsey menggeleng “Nggak..”

“Yaelah, ruangannya di paling ujung deket taman yang ada kucingnya. Tau kan?”

“Ohh tau tau, gue kesana ya Je. Lo keluar sekarang!”


Kelsey sudah melihat ujung rambut Jeo di ujung sana. Baru saja gadis berkelahiran 2004 itu ingin menyapa Javier, tiba-tiba saja ada tiga lelaki lainnya yang ikut berdiri di samping laki-laki itu.

“Je–”

Javier tersenyum. “Ini yang gue bilang temen gue, Kel.”

Sebelum itu, Kelsey dan Javier sudah pernah membuat peraturan untuk tidak memanggil dengan panggilan Key-Jeo di depan banyak orang sejak SD. Mereka tidak ingin orang lain tahu nama panggilan mereka dan berakhir mengikutinya.

Kelsey tertawa canggung, “Ah, iya.. salam kenal, gue Kelsey.. hehehe”

Ketiga lelaki itu pun dengan serentak memperkenalkan dirinya pada Kelsey.

“Gue Dean.”

“Kalau gue Arian.”

“Gue Harsa, salam kenal.”

Kelsey menanggapi teman Javier dengan anggukan pelan.

“Btw Jav, ini pacar lo?” Tanya Dean.

Mendengar ucapan Dean sedetik lalu, Kelsey dan Javier pun terkejut dan langsung menggeleng, “Nggak Den, ini temen gue. Dia temen kelas kita juga.”

Dean ber-oh ria, “Kirain gue pacar, cantik soalnya.

“Hahaha.. enggak..” Jawab Kelsey pelan.

Javier yang menyadari bahwa Kelsey tidak nyaman dan keadaan menjadi semakin canggung pun langsung menyuruh ketiga temannya untuk pergi duluan ke kantin dan meninggalkan Javier berdua dengan Kelsey.

“Ah lo mah! Harusnya bilang dong kalo temen lo itu juga ikut keluar! Gue kan jadi gak tau mau ngomong apa!”

“Gue juga gak tau, mereka bakal keluar. Padahal tadi gue udah bilang.”

Kelsey memutar bola matanya malas, “Pake dibilang pacar segala lagi! Gue kan pacar Jihoon!”

“Mending sama gue ah, Key.”