pengajuan

Kini Kelsey dan Javier sudah berdiri di depan ruang pribadi pelatih futsal sekolahnya, ruangan pak Hendra. Tentu saja untuk memberitahukan bahwa Javier tidak akan ikut pertandingan dan memilih mengistirahatkan dirinya dari ekskul futsal ini.

Kelsey mengarahkan pandangannya pada lelaki disebelahnya. “Je, lo udah siapin kata katanya kan? Jangan sampe pas di depan pak Hendra kata katanya malah ilang.”

Javier mengangguk kecil, “Udah. Lo harus tetep di samping gue ya, Key. Jangan kemana mana.”

“Iyaa Je, gimana gue mau kemana mana? Orang lo megang tangan gue terus.”

Javier terkekeh, dirinya menghela napas lalu membuka pintu ruangan dengan pelan.

“Selamat pagi, Pak.”

Yang di sapa pun otomatis menjawab tanpa melihat siapa yang berada di hadapannya. “Ya, siapa?”

“Javier, pak.”

Mendengar nama Javier, Hendra kemudian menaruh ponselnya dan menatap sang lawan bicaranya. “Javier? Kenapa dua hari ini kamu gak ada latihan sama temen-temen kamu?”

Javier meneguk ludahnya, ah kenapa dirinya menjadi tegang seperti ini? “Saya sakit, pak. Kondisi saya dua minggu terakhir ini lagi gak baik.”

“Benar begitu? Ya sudah tidak apa apa, yang penting kamu tetap ikut pertandingan minggu depan.”

Javier mengeratkan pegangan tangannya pada gadis disebelahnya, memberi isyarat bahwa dirinya sedang gugup.

“Gak apa apa Je, ngomong aja.” Bisik Kelsey.

Javier mengangguk pelan dan mengatur napasnya sebelum menjawab pelatihnya itu. “Maaf sebelumnya, pak Hendra. Saya tidak ikut pertandingan kali ini. Saya tidak akan mungkin bisa mengikuti pertandingan dalam kondisi yang belum terlalu fit. Saya memilih untuk istirahat untuk beberapa saat dalam ekskul ini—

—untuk masalah ketua, bisa digantikan sementara oleh Dean, pak.”

Pak Hendra mengerutkan keningnya, tak paham apa yang baru saja Javier katakan. “Maksud kamu apa ya nak? Bagaimana sekolah kita akan menang jika tidak ada kamu?”

“Bisa. Saya yakin mereka semua bisa menang walaupun tanpa saya.”