minta tumpangan
Dengan badan yang gemetaran, Reisha akhirnya memberanikan diri untuk pergi ke aula tempat dimana para siswa-siswi sekolahnya ini melakukan ekskul basket.
Berjalan satu langkah, Reisha tiba-tiba merasakan beberapa titik air jatuh mengenai rambutnya, ternyata malam ini hujan.
“Aduhh, kenapa pake ujan segala sih?!! Mana jarak ruang piket ke aula tuh jauh lagi!! Ahh!”
Mau tidak mau gadis itu harus terobos hujan demi bisa meminta tumpangan, itu pun jika ada yang mau memberi tumpangan.
Ternyata pas sekali saat Reisha sampai ke aula, para anggota basket juga sudah bubar. Ini dia saatnya Reisha meminta tolong. Dan tentu saja kehadiran Reisha disini membuat beberapa lelaki di ruangan itu menengok ke arahnya.
“Ada butuh apa ya?” Tanya salah satu anggota, Sebastian.
Dengan malu malu Reisha pun menjawab, “Eee.. begini kak, saya baru aja selesai ngerjain tugas osis.. nah ternyata saya pulang gak ada yang jemput.. mau pesen ojek tapi kuota saya habis..”
“J– Jadi apa boleh saya minta nebeng ke kakak-kakak sekalian? Hehehe.. tolong saya kak..” Lanjutnya.
Sebastian mengarahkan pandangannya pada seluruh temannya itu, seakan sedang memberi kode.
“Maaf ya, kita semua habis ini mau ada urusan jadi gak bisa anterin lo. Maaf yaa.” Kali ini bukan Sebastian yang menjawab, tapi temannya, Kevin.
Reisha terdiam seribu bahasa mendengar jawaban dari salah satu anggota itu, apa baru saja dia ditolak mentah-mentah? Lalu bagaimana Reisha akan pulang? Jalan kaki? Yang benar saja!
“O– Oh.. gitu ya kak.. yaudah.. maaf menganggu waktunya kak..” Ucapnya dengan tatapan malu sekaligus kecewa.
“Tunggu dulu! Sama gue bisa kok!”
Baru saja Reisha melangkah pergi dari aula, dirinya dikejutkan oleh suara satu lelaki yang sejak tadi sedang membereskan barangnya. Lelaki itu kemudian menggendong tasnya dan mendekati Reisha.
“Ehh?? Gimana kak?” Gadis itu memastikan ulang. Apa tadi dia tidak salah dengar?
“Sama gue aja pulangnya, gue bisa anterin lo kok. Boleh?” Tanyanya sebari tersenyum manis.
Reisha pun mengangguk pelan, akhirnya ada juga seseorang yang mau memberinya tumpangan pada malam hari begini. “Makasih ya, kak... siapa..?”
“Daffa. Jangan panggil kak, kita seangkatan kok.”
“Ohh, makasih yaa Daffa.”